Powered By Blogger

27 Februari 2011

Wahai sahabat singkirkanlah ego hatimu
Wahai dikau temanku pertunjukkanlah ketulusan hatimu
Karena yang kau diatas akan dibawah
dan yang dibawah akan diatas
hei teman…
bayangkanlah orang-orang berdasi yang berfoyah-foyah akan keringat jerih payahmu
orang-orang miskin yang menderita karena kalian
tidak peduli siapa yang menderita itu
hei, kau teman sebangsaku, teman yang mengerti bahasaku
kenapa kau tega membiarkan mereka merintis?
Kenapa kau biarkan mereka meminta-minta?
Tak adakah setitik kasih di hatimu?
kau yang membantu mereka
Tapi….
Kau pula yang menyakiti mereka
Apakah sungguh itu maumu?
Tak kusangka teman api dalam dirimu menutupi hati nuranimu
Menggelapkan dunia yang kini semakin menggelap
Menatap langit yang gelap
Membuat hati terasa gelap
Menatap langit yang gemerlap
Membuka lembaran baru bagi hati yang gelap
Kusesali semua kesalahanku
Kutangisi semua perbuatanku
Kini aku hanya bisa menunduk
Menatap tanah yang kian merujuk
Langit mengapa kau begitu jauh?
Aku tak bisa menggapai dirimu
Aku hanya bisa berkata padamu
Aku menyesal……
Sungguh aku menyesal….
Tuhan memberikan kau pikiran
Agar kau sadar apa yang telah kau lakukan
Tuhan memberikan sepasang mata
Agar dapat melihat siapa saja yang membutuhkan kita
Tuhan memberi sepasang telinga
Karena Ia ingin kita mendengar suara orang-orang menderita
Tuhan memberi kita sepasang tangan
Agar kita memelihara bukan menghancurkan
Tuhan member sepasang kaki
Agar engkau dapat melangkah daripada menanti
Tuhan memberikan hati
Supaya kita dapat saling memahami bukan menyakiti
Semua yang Tuhan berikan baik pada awalnya
Tapi mengapa kita harus menjadi perusak akhirnya
cahaya fajar yang kini menyingsing
aku yang tetap tertunduk antara langit dan bumi
kini hanya bisa menanti dengan hati penuh penyesalan
kebaikan hanyalah sebuah dosa
karena hanya dibibir saja janjinya
aku yang terhanyut akan manisnya sandiwara
kini hancur berlumuran darah
Pemimpinku….
Kau berkata damai untuk Negara
Tapi apa…
Kita tetap menderita
kau berkata jangan takut
Sedangkan kau berlari bagaikan pengecut
kau mengucapkan berulang kali Merdeka
Tapi…. Tak ada bukti kini kami merdeka
Karena kau tidak tahu bahwa kami sedang tersiksa…
Cinta yang Memilukan
Cinta adalah anugerah
Tanpa sinta dunia tak ada gairah
Cinta itu terkadang buta
Tak peduli siapa saja yang disuka
Tapi…..
Hei kau mawar dunia
Kenapa engkau harus ada?
Kesenangan kian kau berikan
Tapi kesediahan yang mendalampun kau sajikan
Apakah ini hanya sandiwaramu?
Sandiwara diatas kertas dunia
Yang harus meneteskan air mata
Dan menyipratkan tinta merah di atas dada
………
Aku yang merintis hingga sang surya lelah menemaniku
menanti hingga ada yang membantuku
Ternyata “sang cinta” telah pergi dari hatiku
Tapi kini dikau pergi dan meninggalkan pilu

Cinta yang sempurna
Melalui belaian rintik hujan
Telah kukirimkan arti kesetiaan
Pada hatimu yang penuh keraguan
Melalui indahnya pelangi
Kukirimkan arti cinta sejati
Pada hatimu yang tak kunjung memahami
Melalui segarnya angin malam
Kukirimkan indahnya kasih sayang
Padamu, hai peri hatiku
Kini setelah sekian lama kita tak bertemu
Menjelajah dunia dan terus mencari jati diri
Memperkuat hati
Dan mencoba mengenali arti cinta sejati
Kita bertemu, saat dulu kita sehati
Saling berbagi akan apa yang telah kita hadapi
Membawa damai di setiap hati

Peri Hatiku
Kujumpai engkau peri hatiku
Indah senyummu menghantui akal sehatku
Lepaskan jeritan malam
Menjadikan aku berarti pada dunia yang kelam
Putaran waktu yang mempermainkan kita
Melindas benih-benih yang tak kusadari, bahwa itu “Cinta”
Saat tersisa
Saat terkenang
Saat itulah berganti…
Senja berselimut malam
Ketika sang gelap menyerap semua warna
Hingga menutup lelah dalam cakrawala
Membuat hati manusia terasa kelam
Rintik hujan yang berlari,
kini masuk kedalam hati ibu pertiwiku
menyegarkan gurun kering, anak manusia ini
bagaikan dewa yang menari-nari
dalam kesepian
indah dirimu dalam sejuta makna kemurnian
kugapai dikau perihatiku
kugapai indah sinar matamu
dalam suatu masa
dalam suatu senja….

Robekan Impian
Sepucuk salinan surat diatas kertas
Kini melepas semua rasa panas
Tak ku sangka indah ternyata
Sesuatu yang kini ku baca
Tak pernah ku sadari, tak pernah ku mengerti
Ternyata masih ada hal yang seperti ini
Kebencian dalam diri
Dendam yang menyelimuti hati nurani
Nafsu yang selalu menghantui
Semuanya lenyap oleh sebuah kasih ?
Hahahahahaha…….
Tawaku karena mengapa masih ada orang-orang seperti itu ?
Ditengah kota metropolitan ini
Kegelapanlah yang akan kau dapatkan hei kawan, bukan sebuah kasih
Tapi mengapa kau tak kunjung mengerti
Kau selalu member dengan sepenuh hati
Kini kau dapat melihat orang-orang berjubah putih
Berbahagialah kau karena dunia itu kini milikmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar